Sunday, November 18, 2018

my last seven days


D-7

Hari ini adalah hari ke-83 setelah kau memutuskan untuk mundur dari segala usahamu. Sudah dua bulan dan 22 hari lamanya aku menjalani hidup tanpa sandaran. Kuakui, aku mulai terbiasa dengan ketidakhadiranmu. Namun ada beberapa waktu kelam di hari-hariku yang takkan kuelakkan bahwa aku membutuhkan sebuah sandaran. Namun lihatlah aku sekarang. Dengan bangga kukatakan bahwa aku mulai bisa bangkit di atas kakiku sendiri.

Saat itu, secara tak langsung aku memintamu untuk menjadi saksi nyata perjuanganku. Namun belum seberapa perjuanganku kau akhirnya mundur. Baiklah, aku mulai menerima keputusanmu sebagai salah seorang penonton di perjalananku ini. Atau hanya sekedar orang numpang lewat saja.

Jika kau berpikiran untuk kembali, kuberi waktu tujuh hari lagi untuk benar-benar merealisasikannya. Sebagai apapun yang kau mau, baik sebagai seseorang yang akan mendampingi hidupmu maupun hanya sekedar teman di sekitarmu. Setelah tujuh hari itu, kuharap otakmu tidak memikirkan siasat bagaimana untuk merebutku kembali.

Kuanggap ini adalah dirimu yang sebenarnya. Jadi, izinkan aku menunjukkan diriku yang sebenarnya.

D-6

Tulisan ini kutujukan padamu, wahai gadis selanjutnya.

Andai pada akhirnya kau adalah gadis juga wanita yang akan ia pilih, kuharap kaujaga dirinya baik-baik. Lelaki yang memilihmu itu memanglah lelaki yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat tinggi, ambisinya tertanam kuat dalam dirinya, pintar sedari kecil, perhatian nan pengertian. Namun kau harus sadar bahwasanya ia pun manusia biasa. Tak selamanya kepalanya akan terus tegak, terkadang ia perlu sepasang bahu yang kokoh untuk mengisi daya. Tak selamanya matanya akan terus menatap dengan tegas, terkadang ia perlu sepasang mata yang bisa meredam api amarahnya pun membangkitkan semangatnya. Tak selamanya hatinya akan terus membawa kedamaian, terkadang ia perlu sepasang lengan untuk menghentikan segala perdebatan dalam dirinya. Tak selamanya ia berani, terkadang ia perlu seseorang untuk membangkitkan keberaniannya kembali.

Andai pada akhirnya kau adalah gadis juga wanita yang akan ia pilih, kumohon kauperlakukan dirinya seperti yang seharusnya. Tumpahkan segala rasa perhatianmu padanya. Buktikan segala rasa sayangmu padanya. Tunjukkan segala rasa pedulimu padanya. Arahkan segala jalan yang baik dan benar padanya. Utarakan segala hal yang kaurasa padanya. Dan yang terpenting, jadilah air saat apinya membara, namun jangan berlaku sebaliknya. Lelaki yang memilihmu itu pasti memiliki rasa sayang yang tak kalah besar darimu. Percayalah, ia akan menunjukkannya padamu bagaimanapun caranya, kapanpun momennya. Ia akan memperlakukanmu seperti ratunya, dan ia akan membuktikan bahwa dirinya adalah seorang raja yang pantas untukmu.

Andai pada akhirnya kau adalah gadis juga wanita yang akan ia pilih, kupercaya bahwa kau takkan melakukan hal yang sama sepertiku. Kuharap serta kumohon agar kau benar-benar menjaganya, tanpa embel-embel untukku. Itu adalah hidup kalian, dan aku tak ada sangkut pautnya lagi.

Sampaikan salam perpisahanku padanya. Semoga kalian bisa membahagiakan satu sama lain.

D-5

괜찮아 우리가 아니어도
It’s alright even if it’s not us
슬픔이  지워도
even if sadness erases me
먹구름은  끼고  끝없는  속이어도
even if there are clouds, even if I’m in an endless dream
한없이 구겨지고
even if I’m endlessly crumpled
날개는 찢겨지고
even if my wings are torn
언젠가 내가 내가 아니게 된달지어도
Even if someday, I’m not me anymore.

(BTS – I’m Fine)


D-4

I didn’t want to let you go. That is my greatest secret. But I promised myself I would never keep anyone who did not want to stay. And though everyone may leave in the end, we owe it to ourselves to keep our promises. I promised my heart I wouldn’t stop you if you left. And I keep that promise, even though my heart breaks each time I think of you.
--A. Ram


 
D-3

Hari ini, pertahanan yang secara perlahan saya bangun kembali rata dengan tanah. Hal ini terjadi hanya karena Anda duduk bersanding di samping dirinya, gadis yang kaucantumkan di foto profilmu itu. Tatapan kalian memancarkan kebahagiaan, percakapan kalian menghantarkan keseruan yang tiada tara. Suara tawa kalian menggema di gendang telinga saya. Semua itu makin mengingatkan saya pada segala hal yang pernah saya dan Anda lakukan pada masanya.
"Saya tak tahu-menahu masalah itu," jawab salah seorang teman saya—yang juga teman Anda, "Namun yang saya dengar, mereka memang dekat."
Saat itu juga, pandangan saya mulai buram. Pelupuk mata saya rasanya dipenuhi suatu cairan. Saya memilih untuk merunduk sembilan puluh derajat. Dan benar dugaan saya, setitik dua titik air mata mulai membasahi pipi saya.
Di hadapannya, saya menampakkan diri saya serendah-rendahnya. Saya kembali menangisi perihal yang sama, setelah hampir tiga bulan lamanya. Menyesali hal-hal yang seharusnya saya lakukan. Memutar kembali rekaman-rekaman yang seharusnya saya buang sejak lama.
Ya, saya kembali mengharapkan kehadiran kata 'kita' di antara saya dan Anda.
Jika saya bisa bertanya pada Anda dan akan dijawab secara langsung, mengapa Anda bisa melupakan segalanya secepat ini? Apakah perihal Anda menginginkan saya semenjak setahun tiga bulan yang lalu itu hanya omong kosong agar Anda bisa mendapatkan hati saya saat itu?

Atau jangan-jangan, semua hal yang Anda sampaikan pada saya sebenarnya omong kosong belaka?


 
D-2

Bagai seorang empat tahun yang ditinggal terbang balon yang baru didapatnya.
Bahwa tak lama kemudian, dirinya diberi es krim kesukaannya oleh pamannya.

Bagai seorang delapan tahun yang dipaksa pindah dari sekolah yang memberikan kenyamanan tak terhingga untuknya.
Bahwa ternyata, di sana banyak pelajaran hidup yang didapatnya.

Bagai seorang dua belas tahun yang ditolak dari sekolah impiannya.
Bahwa akhirnya, posisi juara pertama di turnamen terakhirnya berhasil disabet oleh tim basket kebanggaannya.

Bagai seorang empat belas tahun yang ditinggal pergi oleh kakek serta sahabat terbaiknya.
Bahwa keselanjutannya, dirinya belajar bahwa tak selamanya semua orang ada di sampingnya.

Bagai seorang tujuh belas tahun yang kehilangan sebelah pantofel ditengah-tengah lomba ketiganya.
Bahwa malamnya, tim paskibranya bisa menyumbang piala harapan satu setelah hampir dua puluh tahun lamanya.

Bahwa sejatinya, segalanya akan membaik pada saatnya.
 

 
D-1

Selama ini saya selalu berbisik lirih,
Meminta Anda untuk mengajari diri ini
Suatu hal yang Anda lakukan tanpa henti;
Cara untuk menjadi sosok yang tidak peduli.

Namun kali ini saya belajar untuk berhenti,
Tak lagi mengemis rasa simpati pun empati
Dari makhluk yang tidak tahu diri
Pun tak tahu terima kasih.

Hingga suatu saat nanti,
Anda memilih untuk menjatuhkan harga diri
Lalu mengemis sebuah jabatan yang sejatinya untuk diri yang lain,
Suatu jabatan yang seharusnya bersifat abadi.

Saat itu ujian saya dimulai.



D-0

Hari ini seharusnya saya melepas semua. Jabatan yang selama ini menyandangi nama saya pun bayang-bayang Anda. Namun sepertinya Tuhan berbisik untuk bertahan dengan jabatan ini satu hari lagi. Dengan penuh pertimbangan saya menuruti bisikan itu. Namun itu tidak berarti saya juga menunda pelepasan bayang-bayang Anda yang menghantui saya selama ini.
Saya tahu besok Anda akan merasa kecewa, sehingga izinkan saya untuk menitipkan pesan terakhir untuk Anda. Ini perihal rasa kecewa dan penasaran.
Rasa kecewa takkan bisa Anda elakkan dari kehidupan sehari-hari. Tak jarang rasa kecewa itu menimbulkan rasa penasaran yang tiada tara. Namun apakah semua pertanyaan yang terlintas dalam pikiran Anda itu harus dijawab secara eksplisit pula?
Saya akan tegaskan bahwasanya hidup tidak sesederhana bertanya pada seseorang lalu ia akan menjawabnya segera.
Perumpamaannya seperti Anda membutuhkan uang, namun seseorang yang punya wewenang untuk menggaji Anda takkan memberikannya secara cuma-cuma. Dunia ini tidak ada yang gratis. Anda harus bekerja membanting tulang demi gaji yang diharapkan sesuai. Dan mendapat gaji tersebut juga ada waktunya, tidak dengan Anda meminta gaji tersebut dan langsung diberikan.

Saya pun akan tegaskan bahwasanya hidup tidak sesederhana Anda bertanya pada seseorang lalu ia akan menjawabnya secara gamblang saat itu juga.
Perumpamaannya seperti soal-soal sosiologi. Anda mungkin tidak bisa merelasikannya, namun sesekali cobalah Anda membaca soal-soalnya. Tak jarang dikatakan bahwa jawaban di tiap soalnya itu mirip. Bagaimana caranya agar bisa menemukan jawabannya? Caranya adalah menganalisa. Membaca dengan teliti, sampai Anda menemukan satu atau dua kata kunci yang bisa digunakan untuk mencari jawabannya.
Ayolah, dunia ini tidak sesempit permintaan Anda. Bukalah pikiran Anda, cobalah berpikir dengan persepsi yang lain, analisalah jawaban yang tepat atas pertanyaan di otak Anda.

Sehingga nantinya Anda tahu alasan saya tidak menjawab pertanyaan Anda secara utuh.

diam

"Anda tak seharusnya bangga menjadi pendiam."

Apakah ada buktinya bahwasanya saya bangga akan sifat ini? Apakah saya pernah mengatakan secara langsung mengenai kebanggaan saya tentang ini? Sebutkan kapan hari dan tanggal beserta bagaimana saya mengatakannya apabila hal tersebut memang pernah saya banggakan. Dan jika Anda tidak bisa menemukan buktinya, saya pinta Anda untuk turut diam dan tidak menuduh saya yang tidak-tidak.

Karena jika saya harus jujur, saya sama sekali tidak bangga. Mengapa?

Saya penakut. Bukan hanya takut pada makhluk halus, atau kecoak. Saya takut akan reaksi lawan bicara atau khalayak luas. Saya takut dihadang oleh emosi lawan bicara yang nantinya akan meledak-ledak apabila saya sampaikan apa yang ada di otak saya. Terkadang saya tak punya keberanian untuk menyampaikan buah pikiran saya karena takut perasaan orang lain tersinggung bahkan terluka.

Melankolis? Memang.

Monday, November 5, 2018

mati

diriku yang sebenarnya pernah terpendam di dalam alam bawah sadarku. terkunci di dalam peti dengan rapatnya. jangankan engkau, aku pun tak mampu menemukannya. baik menemukan jalan keluar dari peti sialan ini dan mendaki kembali ke dunia, maupun menggali alam bawah sadarku dan menemukan peti tersebut.

meski begitu, aku memiliki kuncinya. itu memerlukan waktu bertahun-tahun lamanya untuk menyadari bahwasanya selama ini kunci yang bertengger di saku kemejaku adalah kunci untuk membuka si peti. pertualanganku mencari peti dimulai. mulai dari sendirian, lalu didampingi seorang lelaki, hingga ia meninggalkanku sekarang. mulai dari jalan berliku, tanjakan serta turunan tajam, jalanan rusak, sampai tak tersedia akses.

segalanya rela kutempuh, demi diriku yang sebenarnya.

sampai suatu hari kutemukan yang selama ini kucari. aku gali tanah yang kering kerontang itu dengan sisa tenaga yang ada. dan akhirnya peti itu tepat di depan mataku. namun saatku menarik kuncinya dari saku kemejaku, seketika langit menjadi gelap dilengkapi dengan petir-petir yang menggelegar. pohon-pohon nyaris terangkat dari tanah, dan aku seperti ditarik seseorang menjauh dari peti itu. mataku ditutupi oleh sehelai kain hitam yang tebal, serta tangan dan kakiku rasanya seperti diborgol.

tak tampak satu hal pun dari indra penglihatanku. yang kurasa masih sama, sampai seluruh tubuhku dibanting oleh siapapun itu. hal-hal terakhir yang kudengar adalah suara peti yang tertimbun tanah, kunci yang seperti disentil menggunakan kuku, dan suaraku sendiri yang bukan aku yang berbicara. kupercaya, makhluk yang membantingku adalah iblis yang selama ini menjadi musuhku.

"takkan ada seorang pun yang tahu tentang perjuanganmu ini, karena kau tak berguna."

setelah itu yang kuingat hanyalah suara seperti pintu di hadapanku dibanting, dan beberapa saat kemudian aku kehabisan nafas.

the truth untold 3.0

dari : baru
untuk : kalian, yang membangun tenda dalam rumah

22:54.

untuk hasil ketikanku malam yang tak begitu dingin ini, aku sama sekali tak peduli dengan huruf kapital. sama persis seperti kalian yang nyaris tak pernah peduli tentang kejadian yang menghadang turunnya kita.

baiklah, langsung saja. aku sudah terlewat gemas ingin membahas ini secara gamblang pada kalian.

pertama, dari dalam lubuk hatiku aku lelah dengan kalian. di sini, kita semua diamanahkan untuk melanjutkan tongkat estafet, termasuk aku. mengingat hal itu, aku berusaha sebisaku untuk tidak mengecewakan mereka yang telah percayakan tongkat ini padaku. namun pada nyatanya, aku dikomentari anggota-baru-yang-terlalu-dominan oleh kalian. menjalankan amanah ini saja sudah melelahkan, ditambah lagi dengan rekan kerjaku yang mengomentariku dengan pedasnya seperti itu. lebih melelahkannya lagi, kalian tidak mengatakan itu beserta solusinya di hadapanku. di mana? di dalam tenda yang kalian bangun dalam rumah itu.

kalian takkan pernah tahu bahwasanya aku pernah mengalami hal yang serupa seperti sekarang, kan? ya, aku pernah hidup di sebuah rumah yang di dalamnya dibangun sebuah tenda. orang-orang memilih untuk tidur serta beraktivitas di dalam sana, tanpa mengajakku. saatku berinisiatif untuk masuk, mereka mengusirku. dan begitulah hidupku saat itu, sendirian di tempat ramai. hingga akhirnya aku memilih untuk meninggalkannya dan mencari tempat hunian baru.

bayangkan saja, saat kau mendapat tempat hunian baru yang kaurasa cocok untukmu justru sama persis seperti sebelumnya. ditambah lagi, kau tak boleh keluar sampai waktunya keluar. sederhananya, sekalinya kau masuk takkan bisa keluar sampai waktunya tiba. sama saja seperti kau menghindari lubang yang pernah menjerumuskanmu, namun orang-orang di sekitarmu justru mendorongmu ke dalam lubang tersebut. membuang-buang waktu. tidak berguna.

dan wahai kawan-kawan seperjuanganku, itulah deskripsi kecil tentang kehidupanku saat ini bersama kalian.

kedua, bukalah mata kalian. aku sadar kita semua di sini sudah tak tahan dengan mereka yang makin hari makin memberontak. namun kutanyakan di sini untuk pertama dan terakhir kalinya, siapa yang bertanggung jawab atas mereka, jika bukan kita? mau tak mau, masalah ini harus diselesaikan sebelum kita turun. ini bukan perihal sudah sibuk atau mereka sudah mandiri, ini perihal tanggung jawab.

ketiga dan sebagai penegas, mengapa kalian ini lebih memilih untuk membicarakan sesuatu di balik punggung orang yang bersangkutan? kalian pengecutkah? camkan ini baik-baik. sesering apapun kalian membicarakannya di balik punggungnya, itu takkan mengubah peringai atau pola pikir orang itu. jika kalian tak suka, bicarakan baik-baik. seharusnya itu bukanlah hal yang sulit untuk kalian. hanya saja kalian semua--herannya--sama-sama menganut sistem menjunjung tinggi ego. sehingga tak ada satupun antara kalian yang berinisiatif untuk membicarakannya baik-baik. aku takkan mengatakan ini apabila kalian sudah melakukan hal yang kusebut barusan. ayolah, kalian sudah besar. berhenti jadi seorang pengecut.

aku pun tak berharap banyak dari tulisan ini. jikalau kalian membacanya sekalipun juga takkan mengubah pola pikir kalian, percuma. setidaknya aku tuangkan apa yang selama ini aku rasakan.

23:19.