Monday, October 1, 2018

Alone

Kini, saya sendirian di tengah hiruh pikuk dunia. Disaat orang lain tertawa dengan penuh kebahagiaan, saya sedang bangkit dari keterpurukan.

Kini, saya duduk di kursi reyot yang dalam hitungan menit akan rubuh. Disaat orang lain dengan penuh arogannya memukul meja saya dan menunjuk-nunjuk saya dengan tatapan nanarnya, saya sedang merunduk dan meratapi nasib bahwasanya saya memanglah berbeda dari mereka, seratus delapan puluh derajat.

Kini, saya bersandar di dinding yang sudah amat rapuh bagai tulang lansia. Disaat orang lain memilih untuk bersandar dan mengadu pada sepasang bahu yang kokoh, saya baru saja ditinggalkan oleh sang pemilik bahu karena alasan dia tak pernah membuat keadaan namun dia mengikuti keadaan.

Kini, saya dengan segala macam warna hitam, abu-abu, dan putih, disertai olokan-olokan dari para pemilik warna. Disaat orang lain bermain di derasnya hujan demi melihat sang pelangi, saya memilih untuk terdiam di hiruh pikuk dunia seraya duduk di kursi reyot dan bersandar di dinding rapuh.

Mengapa? Karena saya tak butuh seluruh dunia beserta isinya. Beri saya satu orang yang akan saya jadikan dunia saya dan segala macam ucapan, tindakan, dan cara pikirnya mengisi dunia saya.

—saya butuh Anda.

No comments:

Post a Comment