Friday, December 14, 2018

Pesan Terakhir

ini bukanlah pesan terakhir sebelum aku pergi dari dunia. ini juga bukan pesan terakhir sebelum aku mengakhiri perjalananku. apalagi pesan terakhir sebelum aku meninggalkan rumah ini. bukan, bukan. jangan berpikir sejauh itu.

ini adalah pesan terakhirku di umur yang kuanggap muda.

pesan ini kutujuan untukmu, diriku yang sudah lebih dewasa dalam bersikap. diriku yang sudah lebih objektif dalam memandang dunia. diriku yang sudah lebih cerdas dalam mengatur dirinya. diriku yang sudah lebih ceria dalam kesehariaannya. diriku yang sudah lebih mandiri dalam menjalani tiap detik hidupnya. diriku yang sudah lebih produktif dalam tiap waktu senggangnya. diriku yang sudah lebih termotivasi dalam usahanya untuk bangkit. untuk diriku yang sudah lebih baik dari detik-detik terakhir angka tujuh belas ini.

kau tahu? aku bangga padamu. kau benar-benar melakukan apa yang seharusnya aku dan angka-angka sebelumnya lakukan sejak lama. menjadi ambisius, mandiri, ceria, objektif, cerdas dan produktif. semua hal itu seharusnya kami lakukan sejak lama, namun kau tahu sendiri bahwa ada saja kerikil kecil yang menghalang. dan kami, yang masih terlalu cengeng ini, memilih untuk meratapi kerikil kecil itu dan menghiraukan target yang sudah kami bangun sejak lama.

kau lelah, ya? lelah dalam apapun itu. kau pasti lelah dalam berhadapan dengan dunia yang asing. lelah dalam menanggapi manusia-manusia yang tak sesuai ekspektasi. lelah dalam mengejar angan dan mimpi. lelah dalam hidup, bukankah begitu? kau tak perlu menjawabnya, aku juga merasakan itu semua. ya, meskipun tidak seburuk milikmu. namun jika aku bisa menghadapi, menanggapi, mengejar pun terus hidup, mengapa kau mengharapkan untuk semuanya berhenti? kau lebih kuat dari yang pernah kau tahu. kuharap kau sadar akan itu.

kau bahagia sekarang? besar harapku untuk kau berbahagia. baik sendiri maupun dengan seseorang bahkan beberapa orang. aku lebih memilih untuk berbahagia sendiri, meski kau tahu aku pernah berbahagia dengan seseorang. apakah ia kembali, atau yang sebelumnya yang mengetuk pintu hati? itu pilihanmu untuk membiarkan mereka memasuki hati atau justru mengusirnya. satu pesanku di topik ini, kau bisa berbahagia meski kau sendiri. seseorang yang mengenal dirimu sejak detik pertama kau hidup hanyalah dirimu. jangan menaruh kunci kebahagiaanmu di saku orang lain lagi. bawa saja kemanapun kau ingin pergi.

dariku, perwakilan dari umur-umur mudamu, kuharap kau terus merasa juga menebarkan bibit kebahagiaan, keceriaan, juga kedewasaan setiap harinya. sampaikan pesan ini pada angka-angka selanjutnya.

untuk : delapan belas
dari : tujuh belas.
Jakarta, 14 Desember 2018, 21:52.

No comments:

Post a Comment